Tenaga Kerja : Koran Jakarta, Jum'at 13 November 2009
JAKARTA - Tingginya pengangguran diperkirakan masih akan menjadi ancaman utama di Indonesia selama lima tahun ke depan. Untuk mencapai tingkat pengangguran yang ideal dibutuhkan pertumbuhan ekonomi rata -rata 7,3 persen hingga lima tahun ke depan.
"Dengan pertumbuhan ekonomi 7,3 persen berkelanjutan, selama lima tahun berturutturut, maka full employment akan tercapai,” kata Ekonom PPM Management Bramantyo Djohanputro, pada pemaparan Economic Outlook 2010, di Jakarta, Kamis (12/11).
Dia mengatakan suatu negara dianggap sudah mencapai kondisi full employment kalau lingkat penganggurannya 4-5 peIsen. Pada saat menyentuh nilal ideal itu, kata dia, maka pengangguran adalah suatu pilihan, bukan lagi beban bagi individu. "Jadi itu tidak akan menjadi beban pemerintah," kata dia.
Pemerintahan SBY-Boediono, mematok angka pertumbuhan ekonomi di tahun 2010 sebesar 5,5 persen, dan menjadi 6 persen di 2011. Di tahun 2014, pertumbuhan ekonomi diharapkan minimal 7 persen dan angka pengangguran 5-6 persen. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) angka pengangguran per Februari 2009 sebanyak 9,26 juta dari total angkatan kerja di Indonesia atau 8,14 persen.
Berdasarkan target yang ditetapkan pemerintah itu, kata Bramantyo, maka pencapaian full employment sebenarnya baru akan bisa dimulai pada tahun 2014. "Saya kira pengangguran masih akan jaw masalah tahun depan kalau target perttunbuhan hanya 5,5 persen;' kata dia.
Dia mengatakan, asumsi bahwa 1 persen pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak 450 ribu lapangan kerja sudah tidak relevan. Dia mengatakan, dengan majunya industri teknologi sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi, maka 1 persen pertumbuhan ekonomi yang dicapai hanya mampu ciptakan sekitar 70 ribu lapangan pekerjaan.
Data BPS menyebutkan pertumbuhan ekonomi 4,2 persen di triwulan III 2009, ditopang oleh pertumbuhan di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 18,2 persen, selanjutnya sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan sebesar 4,9 persen, serta sektor jasajasa 5,8 persen. Sedangkan sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, yang sifarnya padat karya hanya tumbuh sebesar 2,7 persen.
Karena itu, kata Bramantyo, pemerintah harus giat untuk menggerakkan sektor mikro, tak hanya industri besar saja. Menurut dia, sektor yang bisa efektif untuk menyerap tenaga kerja ke depannya adalah sektor pertanian, perkebunan, dan perdagangan. "Di sektor itu usaha mikro banyak yang berkembang. Di situlah banyak tenaga kerja yang bisa terserap;' kata wa. Namun, di sisi lain, pembiayaan usaha mikro masih terganjal dengan suku bunga kredit yang masih tinggi.
Menurut Peneliti Dtama Bank Indonesia Suhaedi, suku bunga kredit tidak melulu menjadi faktor yang mengurungkan niat pengusaha untuk meminjam modal kepada bank untuk memulai usaha. Tetapi, kondisi iklim usaha lah yang menjadi penentu optimisme usaha. Dia mencontohkan, pada tahun 1980 hingga sebelum krisis moneter, tingkat suku bunga kredit mencapai 18 persen. "Tapi itu ekspansinya luar biasa. LDR (loan to deposit ratio) bisa lebih dari 100 persen;' kata dia .• ito/E-5